Kabupaten Tulungagung adalah salah satu
kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Pusat pemerintahan Kabupaten
Tulungagung berada di Kecamatan Tulungagung. Tulungagung terkenal sebagai satu
dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia. Daerah Tulungagung
dulunya dikenal dengan nama Ngrowo, dan namanya masih dipakai sampai sekitar
awal abad ke-19.Lalu nama Ngrowo diubah ketika terjadi perpindahan pusat
pemerintahan dari Kalangbret ke Tulungagung.
Nama Tulungagung didapat dari penggalan kata “tulung”
dan “agung” sehingga tulung berarti mata air atau pertolongan, dan agung
berarti besar. Jadi lengkapnya Tulungagung mempunyai arti
"Sumber air besar" atau "Pertolongan besar". Dulu Tulungagung merupakan daerah berawa tetapi sekarang
sudah tidak lagi, dan karena itu juga julukan Ngrowo dirubah menjadi nama
Tulungagung.
Dulu hari jadi Tulungagung ditetapkan pada tanggal 1
April 1901. Penetapan hari jadi tersebut berdasarkan Surat Keputusan Gupermen
kekancingan GG.14/1-1901 No.08 yang dikeluarkan oleh Belanda. Karena penetapan
hari jadi Tulungagung tersebut dinilai ”berbau kolonialisme” maka pada tahun
2003 hal tersebut ditinjau kembali.
Pada
tahun 1205 M, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan
penghargaan dari Raja Daha terakhir yaitu Kertajaya disebut juga Dhandanggendis,
atas kesetiaan mereka kepada Raja Kertajaya ketika terjadi serangan musuh dari
timur Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra
sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18
November 1205 M.
Pada
awalnya Kabupaten Tulungagung masuk kedalam pengawasan Kasunanan Surokarto, dan
pada waktu itu Tulungagung dinamakan Kabupaten Ngrowo yang berpusat pemerintahan
di Kalangbret (1709-1824). Berdirinya Kraton Kasultanan Ngayogjokarta membuka
pintu baru bagi sejarah Tulungagung (Kabupaten Ngrowo khususnya).
Pada
tahun 1824 nama Kabupaten Ngrowo di Kalangbret diubah menjadi Kabupaten Ngrowo
di Tulungagung. Sebagai tugu peringatan maka di setiap jalan jurusan keluar
kota didirikan patung-patung raksasa yang dikenal sebagai Tugu “Reco Penthung” Dengan berpindahnya
pemegang kekuasaan atas tanah Tulungagung, Kasultanan Ngayogjokarta menunjuk
Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat yang merupakan cucu dari Hamengku Bowono
II menjadi bupati keempat daerah Ngrowo, sekaligus bupati pertama bagi
Tulungagung. Saat itu Tulungagung masih terkenal angker, sehingga pemerintahan
Ngayogjokarto membekali sebuah pusaka.
Pusaka itu berupa
tombak ladean sepanjang 5 meter yang diberi nama “Tombak Kyai Upas” yang
dulunya merupakan pusaka sepeninggalan Ki Ageng Mangir Wonoboyo. Sejak tahun 1882 pemeliharaan pusaka berada di tangan
R.M Tumenggung Pringgokusumo
bupati ke-10 Tulungagung. Baik
kalangan bupati-bupati lama, dari keluarga Pringgokoesoemo ataupun masyarakat
Tulungagung, memiliki suatu kepercayaan bahwa pusaka Kyai Upas merupakan pusaka bertuah
penolak banjir dan penjaga ketentraman bagi daerah kabupaten Tulungagung.
Pada tahun 1889 ditemukannya salah satu fosil manusia
purba pertama yaitu “Homo Wajakensis” di daerah pantai selatan dekat
Campurdarat, sehingga menarik peneliti untuk mengarahkan penelitiannya ke
wilayah Tulungagung. Dan pada tahun 1901 berdasarkan Surat Keputusan Gupermen kekancingan GG.14/1-1901
No.08 oleh Belanda penamaan gelar Bupati Ngrowo diganti dengan nama Bupati
Tulungagung sehingga sejak saat itu 1 April 1901 dijadikan hari jadinya
Tulungagung (sekarang berubah menjadi 18 November).
Pada tahun 1943 kependudukan Jepang
di Indonesia ternyata memberi dampak cukup signifikan terhadap perkembangan
daerah di Tulungagung. Tulungagung adalah daerah yang memiliki
sumber daya air yang besar. Sebelum dibangunnya Bendungan Niyama di Tulungagung
Selatan oleh pendudukan tentara Jepang, di mana-mana di daerah Tulungagung
hanya ada sumber air saja. Pada masa lalu, karena terlalu banyaknya sumber air
disana, setiap kawasan banyak yang tergenang air, baik musim kemarau maupun
musim penghujan.
Menurut sejarah diatas, kita bisa melihat bahwa
perjuangan para masyarakat pendahulu untuk mempertahankan dan mengembangkan
daerah Tulungagung. Kegigihan masyarakat Thani Lawadan, pemberian pusaka Tombak
Kyai Upas, penemuan Homo Wajakensis, pemanfaatan daerah-daerah subur dan sumber
daya lain yaitu marmer serta pembangunan Bendungan Niyama menandakan bahwa
Tulungagung merupakan tempat yang penting bagi para penguasa.
1 komentar:
semoga yang punya blog ini diberi rizqi berlimpah sehingga bisa membeli mobil Datsun Go Panca Tulungagung atau Datsun Go+ Tulungagung
Amin
Posting Komentar